Fluktuasi Harga Saham Antara Rasionalitas Dan Main Tebak-Tebakan!
Bagi mereka yang telah mengenal saham, pasti akan muncul sebuah pertanyaan klasik “bagaimana harga saham terbentuk”, atau apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga saham.
Kenyataannya, sampai dengan saat ini masih sulit dipastikan apakah saham bergerak secara rasional sehingga bisa diprediksi, ataukah “Semaunya” saja, bergerak random dan sulit ditebak.
Memang tak dapat dipungkiri bahwa salah satu debat yang terus berlangsung di antara para ekonom adalah perasionalan harga saham.
Beberapa ekonom menganut hipotesis efisiensi pasar, yang menyatakan bahwa harga pasar saham dari suatu perusahaan adalah suatu penilaian secara rasional terhadap nilai suatu perusahaan, dengan melihat informasi terkini tentang prospek bisnis perusahaan.
Artinya, harga pasar saham akan bergantung kepada prospek (kinerja, kredibilitas, maupun profitabiltas) suatu perusahaan. Dengan kata lain harga saham adalah rasional. Alasan yang kemudian dikemukakan oleh para ekonom yang meyakini hipotesis pasar ini yaitu :
# Setiap perusahaan yang terdaftar di bursa efek akan diamati dengan cermat oleh para manajer investasi yang profesional. Setiap hari manajer-manajer ini mengawasi berita-berita baru untuk memperkirakan nilai perusahaan. Pekerjaan mereka adalah membeli saham ketika harganya di bawah nilai sesungguhnya dan menjualnya kembali ketika harganya di atas nilai sesungguhnya.
# Harga saham ditentukan oleh keseimbangan penawaran dan permintaan. Pada harga pasar, jumlah saham yang ditawarkan sama dengan jumlah saham yang diminta. Artinya, pada harga pasar, jumlah orang yang menganggap saham tersebut dinilai terlalu tinggi (overvalue) sama dengan jumlah orang yang menganggap saham tersebut dinilai terlalu rendah (undervalue). Dengan demikian, maka saham haruslah dinilai dengan harga wajar (fairvalue).
Dengan dua alasan tersebut, para ekonom yang menganut hipotesis efisiensi pasar beranggapan bahwa harga saham bersifat efisien secara informasi. Harga saham akan menggambarkan semua informasi yang tersedia tentang nilai dari aset.
Harga saham akan berubah ketika informasi berubah. Ketika berita baik tentang prospek perusahaan tersedia bagi publik, maka nilai perusahaan dan harga sahamnya akan naik. Sebaliknya, ketika prospek perusahaan menurun maka nilai dan harga sahamnya juga ikut-ikutan anjlok.
Dengan demikian, menurut teori efisiensi pasar satu-satunya yang dapat menggerakan harga saham adalah berita yang dapat mengubah persepsi. Tetapi, berita harusnya tidak dapat diduga, jika tidak maka bukan berita lagi namanya.
Dengan munculnya keraguan serta harga saham yang kadangkal bergerak secara acak dan semaunya saja, salah seorang ekonom John Maynard Keynes mengajukan analogi yang cukup terkenal untuk menjelaskan bahwa harga saham tidak lain hanyalah spekulasi (tebak-tebakan).
Pada zamannya, beberapa koran menyelenggarakan “kontes kecantikan”, dimana koran mencetak gambar 100 perempuan dan pembaca diminta untuk memilih lima perempuan tercantik.
Hadiah diberikan pada pembaca yang pilihannya paling sesuai dengan konsensus (kesepakatan) peserta lainnya. Peserta yang naif hanya akan memilih perempuan cantik menurut dirinya saja.
Namun strategi yang lebih baik adalah menebak 5 perempuan yang sekiranya dipilih peserta lain sebagai perempuan tercantik. Namun demikian, peserta lainnya akan berpikir dengan cara yang sama. Jadi, strategi yang lebih baik adalah menebak mana yang orang lain kira akan diperkirakan oleh orang lainnya sebagai perempuan tercantik. Begitu seterusnya. Pada akhirnya, untuk memenangkan kontes diperlukan kemampuan untuk menebak pendapat orang lain dan bukan penilaian kecantikan sejati.
Tak jauh berbeda dengan kontes kecantikan tersebut, Keynes berpendapat bahwa investor terbaik adalah mereka yang dengan tepat menebak psikologi investor lainnya. Karena keputusan untuk menjual maupun membeli saham terletak pada penilaian investor lainnya tersebut terhadap perusahaan bukan nilai perusahaan yang sesunggunya.
Keynes yakin bahwa harga saham seringkali menggambarkan gelombang optimisme dan pesimisme yang dia sebut dengan semangat binatang (animal spirit) dari investor.
Dengan demikian berita tidak selalu dikaitkan dengan fluktuasi harga saham, karena bagaimanapun bentuk beritanya akan tergantung kepada psikologi investor apakah mereka akan memutuskan untuk menjual atau membeli saham. Dan kemampuan terbaik seorang investor adalah menebak arah psikologi investor lainnya bahkan sebelum adanya berita yang mengubah persepsi.
Yah, begitulah kira-kira dua perbedaan pandangan tentang fluktuasi harga saham, ada yang beranggapan dan meyakini bahwa harga saham rasional dan banyak pula yang mendukung teori spekulasi ala keynes. (Silahkan baca ulasan belajar saham jika anda ingin mencoba bermain saham di bursa efek).