Goodwill Dalam Akuntansi
Secara umum goodwill didefinisikan sebagai nilai lebih. Dalam akuntansi, goodwill masuk dalam kelompok aset tak berwujud. Dari sekian banyak aset tak berwujud, goodwill-lah yang paling tidak memiliki wujud. Sebab aset ini muncul dari transaksi strategis.
GAAP mendefinisikan goodwill sebagai kelebihan biaya investasi terhadap nilai wajar aktiva yang diterima. Tadi saya sebutkan bahwa goodwill muncul dari transaksi strategis. Misalnya perusahaan A mengakuisisi perusahaan B. Harga yang dibayarkan saat akuisisi tersebut ternyata lebih besar dari harga pasar (nilai buku).
Maka muncullah goodwill sebagai manfaat dimasa mendatang yang diperoleh perusahaan A ketika mengakuisisi perusahaan B. Manfaat tersebut dapat berupa nama besar, kemajemukan produk, dan hubungan baik dengan konsumen.
Secara akuntansi goodwill tidak diamortisasi. Menurut FASB Statement no 142, goodwiil tidak lagi diamortisasi untuk tujuan pelaporan keuangan. Secara general, Perusahaan harus mengamortisasi aktiva tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas selama umur manfaat tersebut.
Oleh karena goodwill memiliki umur manfaat tidak terbatas serta tidak bisa diestimasi, maka goodwill tidak diamortisasi. Hal ini memang masuk akal, sebab jika goodwill diamortisasi, maka kemungkinan akan memberikan dampak kerugian bagi perusahaan dimasa mendatang sebab terjadi penggelembungan “beban”.
Ilustrasi Perolehan Goodwill
Perusahaan A ingin mengakuisisi (membeli) perusahaan B dengan rincian perusahaan B sebagai berikut :
ASSET sebesar $50.000
LIABILITAS sebesar $10.000
EKUITAS sebesar $40.000
dari ilustrasi itu terlihat bahwa aset bersih perusahaan B sebesar $40.000. Perusahaan A kemudian membayarnya dengan harga $45.000. Maka dalam jurnal akan terlihat seperti ini
Asset (Dr) $50.000
Goodwill (Dr) $5000
Kas (Cr) $45.000
Liabilitas (Cr) $10.000
Apakah perusahaan A rugi? belum tentu sebab perusahaan B memiliki nama besar dan kapasitas produk yang baik yang bisa memberikan manfaat dimasa mendatang.