Siapa Pahlawan Umat Manusia Di Abad Ke-20?

pahlawan umat manusia abad ke-20

Siapa manusia yang paling berjasa di abad ke-20? Yang pertama kali terlintas dikepala kita adalah sederetan pemimpin besar seperti Roosevelt dan Churchill, atau ilmuwan besar seperti Einstein dan industrialis raksasa seperti Henry Ford. Namun, selain sederetan nama besar ini ada satu nama yang patut kita kenal dan favoritkan, dialah Norman Borlaug.

Norman Borlaug, siapa yang mengenalnya? Saya saja baru mengenalnya ketika mempersiapkan tulisan ini, Anda mengenalnya? Saya yakin dengan sangat pasti ini kali pertama Anda mendengar nama aneh ini.

Namun siapa sangka dibalik keanehan dan ke-asingan namanya, dia adalah pahlawan umat manusia atau tepatnya “Penyelamat” spesies manusia pada abad ke 20. Dia bukanlah salah satu anggota dari Avengers, film fenomenal yang menampilkan sederetan “pahlawan super” dengan berbagai kekuatannya. BUKAN

Dia juga bukan “manusia harimau”, tokoh per-sinetronan populer negeri antah berantah. SANGAT BUKAN

Dia hanyalah dia, Norman Borlaug. Seorang pria yang lahir dari keluarga petani miskin di Cresco, Iowa.

Borlaug menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di kampungnya, kemudian melanjutkan studinya ke Univesity Of Minnesota, ia adalah generasi pertama dari keluarganya yang mampu melanjutkan pendidikan sampai setinggi itu.


Di University of Minnesota inilah ia secara kebetulan atau memang begitulah takdir Tuhan yang mempertemukannya dengan Prof. E.C. Stakman seorang ahli bidang patologi tanaman, yang kemudian berhasil mengubah hidup Borlaug lebih tepatnya mengubah sejarah kehidupan abad ke 20.

Revolusi Hijau

Ada yang pernah mendengar istilah “revolusi hijau” ini? Kebanyakan pasti belum

Ya, ini berbeda dan bukanlah “revolusi industri” atau kawan-kawannya, bukan pula revolusi ala Soekrano. Ini adalah revolusi dalam rangka menyelamatkan setiap jiwa yang tidak berdosa.

Kembali ke kisah pendidikan Borlaug, Setelah merampungkan studi doktoralnya, Borlaug menerima tawaran Stakman untuk membantu perkembangan pertanian di Meksiko yang saat itu sedang mengalami krisis pangan. Program ini dibiayai sepenuhnya oleh The Rockefeller Foundation, Organisasi yang terkenal di penjuru dunia sebagai lembaga pemberi bantuan kemanusiaan dalam bentuk tidak langsung, seperti beasiswa, pembentukan lembaga penelitian, dan program eradikasi penyakit menular, dan sebagainya.

Selama 20 tahun, Borlaug tinggal di Meksiko melakukan riset dan pengembangan tanaman gandum. Dari hari ke hari dengan ketekunan yang luar biasa, ia dan tim yang dipimpinnya menyilang dan mempelajari pertumbuhan ribuan variates gandum untuk mencari bibit-bibit baru dengan sifat yang lebih tahan lama dan produktif.

Pada akhirnya Borlaug dan tim nya berhasil menemukan bibit gandum yang produktif. Dengan metode baru dan variates unggulan inilah ia memulai revolusi hijau.

Pada akhir 1950-an Meksiko sudah terlepas dari ancaman kelaparan dan mencapai tahap swasembada pangan. Sukses ini kemudian perlahan mulai mengharumkan nama Norman Borlaug. Kebetulan pada tahun tersebut beberapa negara lainnya, seperti India dan Pakistan, juga mengalami krisis pangan.

Suasana dunia pada era 1960-an memang agak menggalaukan, lebih galau dari pemuda Indonesia saat ini dan lebih kelabu. The Population Bomb, sebuah buku yang ditulis oleh Paul Ehrlich pada saat itu memaparkan bahwa krisis pangan di India hanyalah bagian dari proses sejarah yang lebih besar.

Dunia tak mampu lagi menanggung jumlah penduduk yang terus membengkak, sehingga secara alamiah puluhan bahkan mungkin ratusan juta jiwa akan terkena seleksi alam (artinya, mati kelaparan). Namun Borlaug tidak terlarut dalam pesimisme semacam itu.

Ia kemudian pergi ke India, mengawali revolusi hijau dengan menyebarkan ribuan ton bibit-bibit gandum dari Meksiko. Selain itu ia juga berhasil membujuk pemerintahan india agar mengubah kebijakn pertanian dengan menyesuaikan harga gandum petani, dan menyebarkan pupuk dengan lebih agresif.

Lantas seperti apa hasilnya? Pada awal 1970-an negeri kedua terpadat di dunia ini berhasil melepaskan diri dari jepitan nasib buruk dan mencapai swasembada pangan.

Bagaimana Borlaug melakukan semua itu? Dengan TIM. Ya kerja tim sangat penting dalam menebar kebaikan tanpa membutuhkan apresiasi dan belas kasih. Memang terbukti orang era digital saat ini mungkin akan lupa siapa Norman Borlaug, namun sejarah dan dunia akan tetap mengingat jasa dan kontribusinya.

Interstellar, film yang akhir-akhir ini begitu populer mendeskripsikan kondisi yang begitu ironis. Yaitu ada masa dimana manusia akan kembali kepada “kebutuhan dasarnya”, MAKAN.

Borlaug telah berperan baik dalam dunia kehidupan manusia di abad ke 21 ini, dengan keberhasilannya paling tidak ia telah “mencegah” terjadinya krisis kelaparan sampai puluhan dan ratusan tahun kedepan.

Namun ini tidak akan berlangsung selamanya, dunia membutuhkan orang-orang seperti Norman Borlaug, bukan Norman Kamaru yang datang dengan tiba-tiba ke “panggung tanah air” lantas hilang entah kemana. upss

Bagaimana menurut kalian apakah pantas jika kemudian judul artikel diatas saya nominasikan kepada seorang Norman Borlaug? Seorang yang telah menyelamatkan ratusan ribu jiwa manusia di masa nya dan entah berapa banyak jiwa yang telah ia selamatkan sampai dengan saat ini.

Baca juga ulasan saya tentang tokoh yang tak asing lagi bagi telingan anda sebagai anak putra dan putri pertiwi, Biografi Bj Habibie. Semoga bermanfaat